Gumuk Pasir adalah fenomena bentang alam berupa gundukan bukit bermaterial pasir yang terbentuk akibat pergerakan angin. Sering dijumpai di daerah gurun yang beriklim kering.
Namun menariknya, Gumuk Pasir ini dapat ditemui di wilayah Indonesia yang beriklim tropis dan bercurah hujan tinggi. Fenomena ini sangat langka, bahkan hanya satu-satunya “Gurun Sahara” di Asia Tenggara.
Pantai di selatan Yogyakarta hingga selatan Kebumen merupakan satu-satunya tempat di Indonesia yang memiliki Gumuk Pasir sebagai bentukan lahan asal proses angin (aeolean).
Secara Astronomis terdapat di zona 495 424698 mT dan 9113741 mU dan secara admistratif termasuk ke dalam dusun Grogol VIII, IX dan X, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Material letusan Gunung Merapi teralirkan dan terbawa oleh aliran Sungai Progo, Winongo, Opak dan Oyo. Dalam perjalanannya, material pasir dan batu terus tergerus hingga ke muara sungai di laut Selatan yang kemudian terendapkan di pesisir selatan Kebumen hingga Yogyakarta.
Pasir yang sudah terendapkan ini memiliki tekstur halus dengan ukuran kurang lebih 0.02 mm sehingga ringan dab mudah terpindahkan oleh tenaga angin. Seiring berjalannya waktu, pasir ini tertiup angin dan bertumpuk sedikit demi sedikit hingga akhirnya menjadi Gumuk Pasir.
Bentuk Gumuk Pasir bermacam-macam tergantung pada faktor jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan arah angin dan keadaan vegetasi.
Sedangkan bentukan di Gumuk Pasir Parangtritis adalah Barchan yang menyerupai bentuk bulan sabit.
Barchan terbentuk akibat angin yang dibelokkan oleh tebing formasi Wonosari di sebelah Timur yang merubah arah angin berkelok menuju Barat Laut.
Bentuk Gumuk yang unik ini termasuk langka karena selain di Gumuk Pasir Parangtritis, Barchan hanya terdapat di Arab Saudi ataupun Gurun Gobi di Cina.
“Gumuk dalam bahasa Jawa merupakan gundukan atau tumpukan. Jadi Gumuk Pasir disini dimaksudkan dengan tumpukan atau gundukan pasir. Sekilas melihat, Anda memang tidak akan menyangka kalau sedang berada di Yogyakarta”